Evolusi membuat perkembangan ekonomi suatu negara, bukan gaya hidupnya
Sandiaga Uno : Kenaikan Beras dan Makan
Mewah ala Indonesia
Kita
ketahui bahwa Indonesia dulunya merupakan negara agraris, sebutan seperti itu
sudah umum dikenal masyarakat sejak pendidikan dasar di sekolah. Kepala Badan
Pusat Statistik (BPS) Suhariyanti pernah berbicara pada konferensi perilisan
data pada tanggal 5/11/2018 yang mengatakan bahwa share Produk Domestik Bruto (PDB) tertinggi di Indonesia adalah
sektor industri, bukan pertanian. Untuknya, sektor pertanian bahkan hampir
disalip sektor perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil dan sepeda motor.
Resikonya adalah muncul pertanyaan apakah sebutan negara agraris masih relevan
untuk saat ini? Apabila diartikan secara eksplisit
bahwa negara agraris adalah negara yang penduduknya mayoritas bermata pencaharian
petani, maka Indonesia masih relevan disebut sebagai negara agraris. Terlihat
dari data Sakernas, sektor pertanian merupakan sektor yang paling diminati
penduduk Indonesia. Tapi apabila negara agraris diartikan sebagai negara yang
perekonomiannya bergantung pada sektor pertanian, maka Indonesia sudah tidak
cocok lagi disebut negara agraris karena telah tergantikan oleh sektor industri.
Di
tahun 2018 Indonesia diawali dengan kenaikan harga beras. Bahkan di beberapa
pasar DKI Jakarta harga beras hampir Rp 12.000/kg. Sandiaga Uno adalah Wakil
Gubernur DKI Jakarta yang saat ini sedang berusaha mencalonkan diri menjadi
Wakil Presiden dari Prabowo. Cawapres nomor urut 02 ini berbicara tentang
pernyataan Presiden Jokowi yang pernah mengeluh karena isu harga sembako selalu
di goreng. Sandiaga Uno menegaskan bahwa apa yang diucapkannya adalah fakta di
lapangan berdasarkan cerita para petani dan masyarakat sehingga bukan isu yang
dimanfaatkan di tahun politik. Isu seperti itu sudah menjadi resiko yang harus ditempuh
oleh Sandiaga Uno mengingat salah satu isu yang menarik dibahas dalam kampanye
pilpres adalah perihal ketahanan pangan dan harga bahan pokok makanan yang
dapat diakses oleh masyarakat. Ia mengaku pihaknya akan fokus mengurus hal
tersebut disamping isu lapangan kerja. Hal tersebut yang menjadikan salah satu
alasan istilah ‘makan mewah’ mulai bermunculan.
Dalam
kunjungannya ke kantor Jawa Pos, Sandiaga Uno mengatakan bahwa harga bahan
makanan di Indonesia lebih mahal dengan negara Asia Tenggara lainnya. Hal ini
karena panjangnya rantai distribusi yang menjadi kendala sejak lama. Sisi
positifnya adalah masyarakat bisa menyombongkan karena mampu ‘makan mewah’
setiap harinya. Akan tetapi mahalnya harga sepiring makan siang tidak sebanding
dengan pendapatan yang dihasilkan oleh petani. Pasalnya petani yang juga
merupakan konsumen beras mesti mengeluarkan biaya untuk membeli pupuk. Parahnya
dengan keadaan petani yang semakin terjepit, masih saja terdapat pihak-pihak
yang mengatakan bahwa hal tersebut merupakan resiko yang harus ditanggungnya.
Sehingga makan mewah diantara konsumen khususnya petani semakin parah.
Peneliti dari Center for Indonesian Policy Studies (CIPS) pernah mengeluarkan
riset bahwa lima jenis bahan pangan Indonesia lebih mahal dibandingkan
Singapura, Malaysia, dan Thailand. Terutama beras dan garam. Berdasarkan Indeks
Bulanan Rumah Tangga CIPS pada Juli 2018, harga beras dengan jenis sama di
Indonesia mencapauu Rp 12.569/kg sedangkan Singapura Rp 11.635/kg, Malaysia Rp
9.183/kg, dan Thailand Rp 7.419/kg. Sementara garam di Indonesia Rp 10.980,
Singapura Rp 8.779, Malaysia Rp 3.3013 dan Thailand Rp 4.3.13. sehingga
menyebut bahwa makanan Indonesia adalah ‘makanan mewah’. Lantas apa sebenarnya
istilah ‘makan mewah’ tersebut ? Padahal sebenarnya jika dianalisa, istilah
makan mewah yang disematkan tersebut merupakan sindiran dan resiko untuk
mahalnya harga bahan makanan.
Sandiaga
Uno menjelaskan bahwa curhatan tentang harga pangan yang tidak stabil tersebut
bukan settingan. Hal itu bisa dilihat
dari media sosial yang menayangkannya secara langsung. Sandiaga Uno mengatakan
tidak semua pasar harga sembako bisa stabil. Sebagai Ketua Asosiasi Pedagang
Pasar ia mengaku mengetahui harga pasar yang fluktiatif. Ia paham benar mengapa isu kenaikan bahan pangan (makan
mewah) ini salah satu yang disorot. Menurutnya sekarang ini menjelang Pemilu
Presiden 2019 sehingga apapun keluhan masyarakat pasti ditung ‘mainan’ politik
yang sengaja dimainkan dan itu sudah menjadi resiko. Sebenarnya jika dilihat
lebih dalam, kenaikan bahan pangan dan munculnya ‘makan mewah’ ini juga akibat
dari semakin berkurangnya lahan-lahan sawah sehingga petani mulai enggan untuk
menanam bahan pangan khususnya beras.
Setelah
menerima aduan terkait harga komoditas beras di pasaran mulai mengalami
kenaikan, Wakil Gubernur DKI Jakarta ini mengeluarkan maklumat. Menurut
Sandiaga Uno, ada beberapa hal yang diduga menjadi penyebab naiknya harga beras
yang akhirnya memunculkan istilah ‘makan mewah’ di masyarakat. Salah satunya
disebabkan para pedagang yang mengantisipasi lemahnya pasokan dari distributor.
Melonjaknya harga karena pasar mengantisipasi lemahnya pasokan dan disinyalir
ada beberapa aliran distribusi, rantai distribusi yang tersendat. Untuk
mengatasi hal tersebut, Wagub yang juga sebagai cawapres ini mengeluarkan
maklumat kepada para pedagang terkait pasokan beras di sejumlah pasar. Ia
meminta para pedagang untuk tidak menahan produk beras dan langsung
menyalurkannya kepada masyarakat karena stok beras mencukupi. Sandiaga Uno
meminta para pedagang menaati apa yang telah ditetapkan oleh pemerintah karena
hal tersebut bisa berimbas kepada para petani. Jika pedagang tetap nakal maka
akan diberikan sanksi yang merupakan resiko bagi pedagang.
Sandiaga
Uno mengunjungi Jakgrosir guna mengetahui keadaan secara langsung. Selain
meninjau harga bahan pokok, kunjungan itu juga dimanfaatkan untuk melihat
kualitas pelayanan Jakgrosir kepada masyarakat pemegang KJP akan lebih mudah
mendapatkan harga bahan pokok yang terjangkau. Ia menekankan bahwa kehadiran
Jakgrosir ke depannya akan mampu menantang pasar-pasar grosir lain di Jakarta
untuk menjual kebutuhan pokok dan akan mampu memangkas istilah ‘makan mewah’. Wakil
Gubernur DKI Jakarta yang juga cawapres ini melakukan rapat guna membahas
kenaikan beras bersama jajarannya di Pasar Induk Cipinang. Ia menyebut rapat
tersebut open kimono karena terbuka
dan transparan untuk mengetahui penyebab naiknya beras. Sandiaga Uno menggelar
rapat tersebut di Gudang Stok Beras Food Station Tjipinang Jaya di jalan pisangan
lama selatan, Jakarta Timur pada tanggal 24 Januari 2018. Cawapres pasangan
Prabowo itu ingin mengetahui penyebab kenaikan harga beras yang mengundang
istilah ‘makan mewah’. Sandiaga Uno ingin terbukanya rapat dapat memberikan
solusi bagi Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. “Nggak usah ranah politik, ranah
impor, ini masalah supply demand
saja. Kalau yang lain bukan ranah saya. Ini rapat open kimono, ini jelas kan biar ada barangnya”, jelasnya membuka
rapat. Ia kemudian menanyakan harga beras dan harga bahan pokok lainnya saat
ini yang ada di Jakarta. Direktur Utama
PD Pasar Jaya mengatakan distribusi beras menjadi salah satu kunci
kestabilan harga beras. Kemudian Direktur Utama Dharma Jaya Marina mengatakan
ada kenaikan juga di daging ayam. Menanggapi hal tersebut cawapres pasangan
nomor urut 02 Sandiaga Uno meminta agar kenaikan harga beras dan daging ayam
tidak menimbulkan domino effect pada
komuditas lainnya. Sandiaga Uno mengatakan bahwa Pemprov akan membeli beras
dari Sulawesi Selatan dan Banten sebagai bentuk keberpihakan kepada petani. Hal
ini berbanding terbalik dengan sikap pemerintah pusat yang berencana melakukan
impor 500.000 ton beras dari Vietnam dan Thailand dengan alasan menjaga
stabilitas harga dan memenuhi ketersediaan beras di pasaran. Sandiaga Uno ingin
masyarakat Jakarta tidak terimbas dengan gejolak harga beras di pasaran. Oleh
karena itu, Pemprov DKI akan mengahasilkan kebijakan-kebijakan yamg langsung
menukik untuk menyelesaikan masalah ‘makan mewah’ ini. Makan mewah merupakan
resiko sindiran dari hasil pangan yang semakin melambung. Ia juga menjelaskan
bahwa stok beras di Jakarta mencapai 30.000 ton dan harus dikembalikan ke angka
standarnya yaitu 40.000 ton. Oleh karena itu, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta
meminta tambahan Bulog 5.000 ton beras guna operasi pasar serta 5.000 ton untuk
beras komersial. Sandiaga Uno juga telah memerintahkan Direktur Utama PD Pasar
Jaya Arief Nasruddin untuk melancarkan distribusi bahan pangan pokok itu,
khususnya ‘makan mewah’ beras. Ia pun mengakui menjaga kelancaran distribusi
dan stabilitas harga beras menjadi tugas Pemerintah Provinsi DKI Jakarta
sehingga diharapkan istilah untuk ‘makan mewah’ bisa segera terselesaikan
Pemerintah
sebelumnya menyatakan Indonesia sudah swasembada pangan, suatu pencapaian
ketahanan pangan yang juga disumbang peran serta TNI. Menurut Ketua MPR,
kalaupun harus membeli beras dari luar negeri, akan lebih tepat digunakan
sebagai stok atau cadangan ketika di dalam negeri sedang tidak ada stock. Diketahui
bahwa pemerintah secara resmi membatalkan penugasan impor komoditas beras oleh
PT Perusahaan Perdagangan Indonesia (Persero) atau PPI yang semula ditargetkan
sebanyak 500.000 ton dan akan dimulai pada bulan januari 2018. Kendati demikian
langkah impor beras tetap akan dilakukan pemerintah namun pemerintah menunjuk
Perusahaan Umum Badan Urusan Logistik
(Perum Bulog) untuk mengeksekusi rencana itu dengan jumlah impor yang sama. Hal
ini dilakukan agar petani-petani yang ada di Indonesia mampu terselematkan dari
istilah ‘makan mewah’. Pro kontra yang terjadi di mayarakat tentu sudah bisa
dibaca mengingat hal tersebut merupakan resiko ketika kebijakan pemerintah yang
baru disahkan di tengah kabar tentang kenaikan bahan pangan atau beras. Ia
mengatakan bahwa harga bahan pokok itu tidak mencerminkan menguatkan nilai
tukar petani. Harga belinya tinggi tapi ongkos petani juga meningkat dari pupuk
dan penghasilannya tidak naik. Itu yang membuat petani tidak sejahtera.
Selain
itu Sandiaga Uno menyoroti penyelenggaraan pertemuan tahunan IMF-World Bank yang digelar di Bali pada
8-14 Oktober 2018. Ia mengatakan bahwa pemerintah harus melakukan penghematan
anggaran. Pemerintah harus menguras dana APBN kurang lebih Rp 1 triliun untuk
penyelenggaraan acara tesebut. Menurutnya, besarnya pengucuran dana APBN itu
terlihat timpang karena disaat bersamaan warga Kota Palu, Sulawesi Tengah
sedang membutuhkan bantuan. Makan mewah yang dilakukan pada saat itu
menyebabkan spekulasi pro kontra mengingat keadaan Indonesia yang sedang ada
bencana alam dan kisruh kenaikan bahan beras. Padahal sebenarnya acara IMF-World Bank tersebut sudah terlebih
dahulu diagendakan mengingat itu adalah acara rutinan. Meskipun demikian,
banyak juga dari petani maupun masyarakat yang mengatakan sikap pro kontra dari
kejadian tersebut, dan menganggap itu memang sudah menjadi resiko.
Cawapres
nomor urut 02 Sandiaga Uno mengaku bersama Prabowo telah menyampaikan beberapa
solusi dalam mengatasi kenaikan harga sembako. Yang pertama, mengamankan
pasokan sembako dengan meningkatkan sumber produksi dan kedua memastikan rantai
distribusi yang sederhana, terbuka serta adil. “Itu dua pilar utama untuk
memastikan harga-harga terjangkau, khususnya untu petani” kata cawapres nomor
urut 02 ini yang juga berprofesi sebagai pengusaha muda. Selain itu ia
beranggapan sebagai mantan wakil Gubernur DKI Jakarta yang sedang mencalonkan
menjadi cawapres, hal semacam itu tidak akan luput dari analisanya dan
merupakan bagian resiko mengingat ia akan maju menjadi cawapres dengan nomor
urut 02 bersama Prabowo. Sandiaga Uno akan mengawasi masuknya beras impor dari
Thailand dan Vietnam dan lebih mengutamakan penggunaan beras dari petani. Jika
diingat dalam masa pemerintahan Presiden Soeharto, hal tersebut juga terjadi
dimana Soeharto saat itu lebih memprioritaskan produk-produk lokal yang dijual
di pasaran sehingga harga beras atau bahan pangan tidak semahal saat impor,
sehingga petani bisa makan mewah dari hasil panennya tersebut.
Ternyata
kenaikan harga beras sangat berimbas kepada petani, pedagang bahan pangan atau
konsumen saja. Sandiaga Uno pernah menceritakan keluhan salah satu warga yang
mengatakan bahwa uang Rp 100.000,00 hanya dapat digunakan untuk berbelanja
bawang dan cabai. Dari pemaparan Sandiaga perihal tersebut membawa dampak,
resikonya muncul gerakan #100ribudapatapa. Ia juga menjelaskan bahwa salah satu
warga menyebutkan ketika harga pangan yang semakin tinggi, dirinya mampu
mengatakan bahwa setiap hari makan mewah bersama keluarganya. Badan Pusat
Statistik mencatat terjadi kenaikan pada harga gabah dan beras di bulan Oktober
2018. Kepala BPS Suhariyanto mengatakan bahwa kenaikan ini terjadi karena pada
bulan Oktober sampai Desember merupakan masa tanam. Rata-rata harga gabah
kering panen (GKP) di tingkat petani Rp 4.937/kg naik 0,98%, sedangkan di
tingkat penggilingan Rp 5.039/kg naik 0.98% dibanding harga gabah kualitas yang
sama pada September 2018. Rata-rata harga gabah kering giling (GKG) di petani
Rp 5.476/kg atau naik1,26% sedangkan di tingkat penggilingan Rp 5.568/kg atau
naik 1,22%. Sedangkan harga gabah kualitas rendah di tingkat petani Rp 4.694/kg
atau naik 0,92% dan ditingkat penggilingan Rp 4,782/kg atau naik 0,61%. Hal
sama juga terjadi di tingkat penggilingan, rata-rata harga kualitas GKP dan
gabah kualitas rendah pada Oktober 2018 mengalami kenaikan masing-masing 3,13%
dan 7,03% YoY. Sedangkan GKG turun 0,94%. Untuk harga beras kualitas premium di
penggilingan Rp 9.645/kg naik 0,77% dibanding bulan sebelumnya. Rata-rata harga
beras kualitas medium di penggilingan Rp 9.395/kg naik sebesar 0,92% sedangkan
kualitas rendah Rp 9.194/kg naik sebesar 0,75%. Dengan demikian ‘makan mewah’
di masyarakat akan terus terjadi sampai kenaikan harga beras stabil atau
menurun. Selain itu Sandiaga Uno juga menyoroti masalah harga kentang yang
anjlok di wilayah Wonosobo dan harganya rendah di level petani yang beresiko
akan dibanjiri oleh impor. Hal tersebut membuat Presiden Jokowi yang mengaku
sedih setiap hal menjadi bahan ‘gorengan’di tahun politik, salah satunya soal
harga sembako. Selain itu Wagub DKI Jakarta Sandiaga Uno memastikan harga beras
akan tetap stabil hingga perayaan Natal dan tahun baru, serta istilah ‘makan
mewah’ akan segera terselesaikan. Sandiaga Uno pun berharap agar masyarakat dan
pedagang dapat merasakan pasokan yang terjaga sehingga harga bahan pokok utama
Indonesia dapat stabil.
Komentar
Posting Komentar